Aku tertawa setiap hari seolah tak pernah ada suatu kesedihan dalam hatiku. Aku tertawa setiap hari seolah mata ini tak pernah tergenang. Aku tertawa setiap hari seolah hati ini tak pernah tersayat.
Semua orang nggak pernah tahu dan tak akan mau tahu tentang perasaanku. Semua orang tak pernah menyadari tawa ini dihadirkan untuk menyembunyikan kesedihan.
Hidupku hancur sekarang. Semua memang salahku, aku tahu itu. Tapi apakah semua orang yang salah harus terus dibenci.
Dalam hatiku aku membenci diriku sendiri. Yang takpernah berani bicara, yang tak pernah berani berpendapat, dan yang tak pernah berani melawan.
Aku pengecut.
Aku bahkan tidak berani untuk menunjukkan kesedihan dan kekesalan dengan bersikap seolah aku sudah melupakannya dan tidak perduli padanya.
Aku tak punya cinta lagi.
Hati ini membeku sekarang. Hanya teman-teman terbaikku yang memiliki hatiku. Aku tahu di antara mereka pasti masih ada yang membenciku. Tapi masa bodo dengan itu semua. Setidaknya mereka masih mempercayaiku. Aku tak perduli mereka menyukaiku atau tidak. Yang jelas aku merasa lebih baik bercerita dengan mereka.
Semua pria sudah aku hapus. Bahkan keinginan yang sangat besar untuk menikah sudah aku hempaskan ke sudut hati yang paling dalam. Aku tak ingin lagi menikah karena mereka. Lagipula siapakah pria buta di dunia ini yang masih mau menikahiku.
Aku mati perlahan.
Ragaku masih berjalan, nafasku masih berhembus, dan jantungku masih berdetak. Tapi jauh dalam hati, jauh sekali di dalam hati, aku mati perlahan. Meninggalkan semua cinta. Meninggalkan semua keinginan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
Aku meninggalkan semua keinginan untuk bekerja. Untuk bisa berleha-leha di masa tuaku nanti. Aku bahkan pesimis kalau aku masih akan hidup sepuluh tahun lagi.
Aku meninggalkan semua impian dan cita-citaku. Tak ada lagi yang ingin aku kejar. Aku berhenti. Bukan malas. Hanya ingin berhenti. Aku lelah mencoba membuktikan diri. Aku lelah mencoba membuat orang lain bangga padaku. Aku lelah mencoba membuat orang lain sayang padaku…
Aku lelah.
No comments:
Post a Comment